- Back to Home »
- RESENSI FILM »
- “1911″, tentang Revolusi China 100 Tahun yang Lalu
Posted by : Unknown
Anda masih ingat dengan sebuah film bagus di tahun 1987? Film yang berhasil meraih 9 Piala Oscar, termasuk Film Terbaik 1987? Ya, dia adalah The Last Emperor, karya sutradara Bernardo Bertolucci.
The Last Emperor, menceritakan masa-masa terakhir pemerintahan Dinasti Qing, yang sekaligus mengakhiri sistem pemerintahan monarki (kerajaan) di China yang telah berlangsung selama berabad-abad, dengan fokus pada kisah hidup kaisar terakhirnya, Pu Yi (7 Februari 1906 – 17 Oktober 1967) .
Dinasti Qing (1644 – 1911) runtuh sekaligus juga melenyapkan sistem pemerintahan monarki di China selamanya, sebagai hasil dari terjadinya revolusi di China, yang memang menghendaki sistem kerajaan diganti dengan sistem republik.
Adalah Sun Yat-sen (12 November 1866 – 12 Maret 1925) yang merupakan tokoh utama dari meletusnya revolusi China (Xīnhài Gémìng) tersebut. Yang sudah lama merasa muak dengan sistem kerajan yang sangat feodal, yang mendewa-dewakan seorang kaisar dengan pemerintahan yang penuh intrik dan korupsi.
Revolusi China 10 Oktober 1911, di bawah pimpinan Sun Yat-sen berhasil meruntuhkan kekaisaran Dinasti Qing di bawah Kaisar Pu Yi pada 12 Februari 1912. Menjadikannya sebagai kerajaan dan kaisar terakhir yang pernah dimiliki China.
Sun Yat-sen kemudian mendirikan Republik China, dengan partai politiknya yang merupakan partai politik moderen pertama dan tertua dalam sejarah China, dengan nama Kuomintang. Menjadi Presiden pada tahun 1912, dan 1923 - 1925.
Setelah Sun meninggal dunia, Chiang Kai-shek sebagai Panglima Tentara Revolusi Rakyat melanjutkan cita-cita revolusi Sun untuk mempersatukan seluruh Tiongkok di bawah pemerintahan nasionalis Kuomintang.
Perang saudara yang berkepanjangan antara kubu Nasionalis dengan kubu Komunis di bawah komando Maozedong akhirnya dimenangkan oleh kubu Komunis pada 1949. Mao kemudian membentuk Republik Rakyat China pada 1 Oktober 1949. Sedangkan Chiang Kai-shek melarikan diri ke Pulau Formosa (Taiwan), meneruskan bentuk pemerintahan dengan nama resmi Republik China. Dengan tetap merayakan hari kemerdekaan setiap tanggal 10 Oktober (10-10). Biasanya diistilahkan dengan sebutan “Double Ten” di Taiwan.
Di Republik Rakyat China, Hongkong, dan Makau diperingati sebagai Hari Revolusi China, atau Revolusi Xinhai. Sebagai tolok ukur berakhirnya bentuk pemerintahan Kerajaan, diganti dengan bentuk Republik.
Nah, kalau The Last Emperor fokus ceritanya pada masa-masa kejatuhan Dinasti Qing akibat dari berhasilnya perjuangan revolusi rakyat China yang dipimpin oleh Sun Yat-sen itu, maka pada bulan Oktober 2011 ini, dirilis sebuah film yang fokus ceritanya pada sisi perjuangan kaum Nasionalis pimpinan Sun Yat-sen. Sekaligus untuk memperingati tepat 100 tahun sejarah Revolusi China.
Film dengan judul 1911 Revolution (Xīnhài Gémìng) ini dibintangi oleh Jackie Chan, Bing-Bing Li, Winston Chao (sebagai Sun Yat-sen), Joan Chen, dan lain-lain. Uniknya film ini juga merupakan filmnya yang ke-100.
Jackie Chan juga menduduki posisi produser dan sutradara untuk film ini bersama dengan Li Zhang (cinematogrrafi Red Cliff).
Secara “kebetulan” dalam rangka memperingati haribersejarah bagi rakyat China, baik yang di China daratan, maupun di Taiwan, dibuatlah film 1911, dengan sutradara dan bintang utamanya Jackie Chan, yang juga merupakan film ke-100 yang dibintanginya. Boleh dikatakan bahwa ini juga merupakan film serius pertama Jackie Chan. Karena selama ini Jackie Chan selalu dikenal sebagai bintang laga komedi (kungfu).
Selain itu, 1911 merupakan film asing (Asia) pertama di Amerika Utara yang diputar hampir bersamaan dengan jadwal pemutaran perdana di negara asalnya. Hanya berselang 2 minggu dari pemutaran perdana di China (23 September 2011), film ini diputar secara terbatas di Amerika Utara pada 7 Oktober 2011.
Presiden Well Go USA, Doris Pfardrescher, perusahaan yang mengimpor dan mendistribusikan film 1911 di Amerika Utara itu, mengatakan bahwa pemutaran film ke-100 Jackie Chan tersebut di Amerika Utara senagja dibuat bersamaan waktunya dengan jadwal pemutaran di China, sebagai suatu perwujudan penghormatan mereka terhadap nilai sejarah dalam film itu dan pengabdian Jackie Chan selama lebih dari separoh umurnya di dunia film.
We are honored to be part of “1911″ on many levels , not only because of its historical significance but also because it’s Jackie’s 100th films, Jackie Chan is an icon and it’s just thrilling for us to be able to bring this film to his North American fans on the same day and dates as Asia’s theatrical release.” (Doris Pfardrescher) - Dikutip dari Hollywood Reporter
Film 1911 juga mendapat kehormatan khusus di Tokyo International Film Festival (TIFF) ke-24 di Tokyo Jepang, yang mulai berlangsung dari tanggal 22 - 30 Oktober 2011, dengan menjadi film pembuka festival yang khusus. Karena sudah menjadi kebiasaan yang berlangsung lama bahwa di festival tersebut hanya dipilih satu film pembuka saja. Yang terpilih tahun 2011 ini adalah The Three Musketeers. Tetapi karena nilai sejarah dalam 1911 dan peran Jackie Chan di dalamnya, diputuskan bahwa selain The Three Musketeers, juga diputar film 1911.
Jackie Chan yang rencananya akan hadir dalam acara pembukaan TIFF 2011 itu menyampaikan rasa terima kasihnya atas begitu tinggi penghargaan yang diberikan kepada dirinya. Dia juga mengharapkan bahwa film ini akan ikut menjadi motivatorbagi rakyat Jepang untuk bangkit dari keterpurukan akibat bencana tsunami dahsyat pada Maret 2011 lalu.
“I am privileged to have my 100th film selected as the special opening film for this significant year in which Japan has taken its first steps toward recovery, … When a major disaster strikes, heroes arise who are willing to sacrifice themselves….At this time, as Japan faces the aftermath of disaster, I truly hope my film can be of help to the people of Japan.” demikian pernyataan Jackie Chan, yang dikutip dari Hollywood Reporter.
Dari dua momen tersebut di atas, apresiasi terhadap film ini dan Jackie Chan di Amerika dan Jepang, dapat kita lihat bagaimana sosok seorang Jackie Chan yang begitu dihormati. Bukan hanya di Hongkong, China, tetapi juga di beberapa negara. Bahkan sampai di Amerika yang dikuasai Hollywood, sampai d Tokyo, Jepang.
Jackie Chan bukan dihormati karena pengabdiannya dalam dunia film saja, yang bertepatan dengan filmnya yang ke-100 tentang Revolusi China yang ke-100, tetapi juga karena kepribadiannya yang memang menyenangkan orang lain, jauh dari sombong, sangat dikenal sebagai orang yang berjiwa sosial tinggi.
Pada waktu terjad bencana tsunami dahsyat di Aceh pada 26 Desember 2004 , Jackie Chan juga memberi sumbangan sebanyak 5 juta Dollar AS, dan menyempat dirinya bersama sejumlah artis Hongkong lainnya mengunjungi langsung lokasi pengungsian di Aceh.
Dalam film 1911 ini Jackie Chan berperan sebagai Huang Xing (25 Oktober 1874 - 31 Oktober 1916). Huang Xing adalah seorang panglima perang pertama Republik Cina yang berperan penting dalam perang Revolusi China yang kemudian berhasil meruntuhkan Dinasti Qing. Juga adalah sahabat terdekat Sun Yat-sen. Keduanya dikenal sebagai “Dwi-Tunggal” dengan sebutan “Sun-Huang”. Keduanya mendirikan Kuomintang dan Republik China, paska runtunhnya Dinasti Qing.
Bagaimana dengan film ini sendiri? Apakah akan mendapat pujian dari para kritikus film, atau sebaliknya? Apakah dia akan sukses secara komersial, maupun mendapat sambutan positif dari para kritikus film, atau sebaliknya?
Ini film serius (pertama) dari Jackie Chan, jadi jangan harap ada unsur komedi sedikitpun dalam perannya kali ini. Sebuah film tentang sejarah. Sehingga tentu saja hanya cocok dengan mereka yang benar-benar tertarik (dan ingin tahu) dengan sejarah terbentuknya Republik China melalui Revolusi China 1911 itu.
Posting Komentar