Posted by : Unknown


Para buruh di seluruh belahan bumi memperingati Hari Buruh Internasional (May Day), yang di beberapa negara merupakan hari libur tahunan. May Day berawal dari usaha gerakan serikat buruh untuk merayakan keberhasilan ekonomi dan sosial para buruh.
Di Indonesia, Hari Buruh ini biasa diperingati dengan melakukan aksi unjuk rasa, dengan melancarkan sejumlah tuntutan, yang intinya meminta perbaikan penghasilan dan kesejahteraan para buruh, sehingga mereka bisa bekerja lebih maksimal dalam memutarkan roda industri.
Untuk memperingati hari Buruk tersebut, saya ingin membagikan sebuah kisah nyata yang memceritakan perjuangan serikat buruh karet yang bernama chico mendes dalam mempertahankan Amazon dari pembalakan dan pembakaran hutan. kisah ini saya ambil dari sinopsis sebuah film The Burning Season- The Chico Mendes Story .

The Burning Season- The Chico Mendes Story
Pada awal film itu diperlihatkan bagaimana seorang lelaki yang sudah setengah baya dan anak lelakinya menelusuri sungai dengan menggunakan perahu kecil demi menjual beberapa kilo getah karet yang sudah kering kepada seorang tengkulak di kota. Meskipun harga jual yang ditawarkan begitu rendah, lelaki tua itu dengan rela menerima beberapa kepingan Cruzeiro setelah dikurangi hutang-hutangnya pada tengkulak. Sementara anak lelakinya melontarkan pertanyaan-pertanyaan sederhana perihal penjualan getah karet pada ayahnya ketika mereka selesai bertransaksi. Mungkin anaknya menyadari bahwa ayahnya telah dicurangi oleh tengkulak tersebut, dan ayahnya tidak menanggapinya karena ayahnya merasa tidak ada pilihan lain untuk memanfaatkan getah karet tersebut.
Itulah gambaran sepenggal kehidupan orang Chacoeira, Brazil sekitar tahun 1950-an yang coba dilukiskan dalam Film “Burning Season”. Sebagian masyarakat Chacoeira menggantungkan hidupnya pada penyadapan getah karet. Menyadap getah karet bisa dikatakan salah satu mata pencaharian yang utama bagi mereka. Dengan sebilah pisau yang digunakan untuk mengelupas kulit pohon karet hingga terlihat cairan puith kental yang keluar mengikuti alur guratan pisau dan mengumpul dalam sebuah wadah yang terbuat dari tempurung kelapa. Begitulah teknik yang sederhana dalam menyadap getah karet. Oleh karena itu keberadaan pohon-pohon karet akan berkaitan erat dengan kelangsungan hidup masyarakat Chacoeira.
Namun sekitar tahun 1980-an, kelangsungan hidup orang Chacoeira mulai ternacam seiring dengan penebangan-penebangan pohon yang dilakukan oleh pemerintah yang bertujuan untuk pembuatan jalan dan peternakan.

Lahirnya Gerakan Kemasyarakatan
Sejumlah anggota masyarakat Chacoeira berkumpul dalam sebuah gereja. Semua jemaat gereja memperlihatkan ekspresinya masing-masing, ada yang serius, mengantuk dan mungkin tidak mengerti sama sekali. Mereka bukan sekedar mendengar ceramah dari seorang pastor tetapi mendengar ceramah dari seorang perintis Serikat Pekerja Chacoeira yang bernama Wilson Pinheiro. Dari ceramahnya yang mengebu-gebu dan menyisipkan pesan-pesan Yesus atas penebangan-penebangan pohon karet. Dan dengan analogi sebatang ranting pohon akan mudah dipatahkan ketimbang seikat ranting pohon yang ditunjukan kepada jemaat geraja. Wilson Pinheiro berhasil mengambil emosi jemaatnya dan berhasil mendukungnya untuk melakukan aksi koletif dalam melawan dan mencegah aksi-aksi penebangan pohon karet yang sedang berlangsung di Chacoeira.
Serikat Kerja Chacoeira yang terdiri dari para pemuda dan orang tua setengah baya berhasil menghalau penebangan yang dilakukan oleh pemerintah yang bekerjasama dengan elit Desa yakni seorang tuan tanah sekaligus pemilik peternakan domba.
Namun aksi kolektif tersebut menimbulkan ancaman pembunuhan disimbolkan oleh kepala kambing segar yang tergantung didepan pintu rumah. Bagi Wilson ancaman tersebut tidak meluluhkan tekadnya untuk melakukan aksi perlawanan. Dan pada suatu ketika Wilson Pinheiro ditembak mati oleh salah seorang kaki tangan penentang aksi perlawanannya. Kematian Wilson Pinheiro tidak menyurutkan perlawanan Serikat Pekerja Chacoeira, layaknya pepatah hutang nyawa dibayar dengan nyawa. Orang pemerintah pun mati ditangan pendukung Serikat Pekerja Chacoeira.
Siapakah Chico ?
“…Hanya satu hal yang saya inginkan, kematian saya akan menghentikan impunitas terhadap para pembunuh yang dilindungi oleh polisi Acre…Seperti saya, para tokoh penyadap karet telah bekerja menyelamatkan hutan hujan Amazon, dan membuktikan, kemajuan tanpa penghancuran adalah mungkin”. (Chico Mendes)
Francisco Alves Mendes Filho Cena, atau yang lebih dikenal sebagai Chico Mendes di dilahirkan di Chacoeira, Brasil pada tanggal 15 Desember 1944.
Chico Mendes adalah seorang buta-huruf yang bekerja dan hidup sebagai penyadap karet. Ia mewarisi pekerjaan itu oleh ayahnya. Selain itu ia juga aktivis lingkungan dan anggota serikat buruh. Ia pernah menjabat sebagai presiden gabungan pekerja-pekerja lokal yang berjuang gigih untuk menyelamatkan hutan dari pengusaha yang tamak. Sejak kecil ia selalu dihadapkan kepada penderitaan dan tekanan yang dihadapi para penyadap getah karet.
Kondisi para pekerja penyadap getah karet pada saat itu sangat memprihatinkan. Para pengusaha menjadikan mereka sebagai robot-robot pekerja. Harga jual dijatuhkan, pemberian upah sangat tidak manusiawi agar para penyadap tetap hidup pada kemiskinan. Tidak hanya sampai disitu, seiring dengan program pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah, pohon-pohon karet dihutan Amazon diberangus. Ditebang secara liar, demi pembangunan dan kepentingan investor asing.
Menjelang dewasa, Chico mendidik dan memberikan penyadaran kepada masyarakat penyadap getah karet atas hak-hak mereka. Secara bertahap Chico mampu mengorganisir masyarakat hingga akhirnya ia terpilih sebagai presiden serikat pekerja Xapuri, menggantikan pendahulunya, Wilson Pinhiero, yang terbunuh atas tindakannya yang dianggap mengancam kepentingan pemerintah korup dan para pengusaha yang rakus.
Chico bergerak bersama masyarakat memprotes kebijakan pemerintah dan menolak pengusaha rakus dari program pembangunan jalan dan peternakan dengan menggunduli hutan secara liar. Chico bergerak dengan strategi perlawanan tanpa kekerasan. Salah satunya aksi massa yang dihadiri oleh ratusan orang, baik itu laki-laki, perempuan bahkan anak-anak, dengan cara mendatangi para penebang dan mendorong mereka untuk menghentikan aktifitas penebangan.
Musuh Mendes yang paling berbahaya adalah Darly Alves da Silva, seorang peternak yang sudah berpindah dari negara bagian selatan Panama ke Acre sejak 1974. Alves hidup di atas tanah seluas 10.000 are. Sejak 1950-an, Alves dan keluarganya telah mempunyai kebiasaan membunuh, meskipun berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain. Jika seseorang mengganggu keluarga Alves, biasanya, orang tersebut akan mati.
Pada tahun 1987, setelah dihubungi oleh Pertahanan Lingkungan dan National Wildlife Federation, Mendes terbang ke Punjab, India dalam upaya untuk meyakinkan Inter-American Development Bank bahwa proyek mereka jalankan di kawasan itu akan berakhir pada bencana, kecuali yang dibutuhkan mempertimbangkan pelestarian hutan dan mata pencaharian penduduknya.
“Pada awalnya saya mengira saya berjuang untuk menyelamatkan pohon karet, maka kupikir aku sedang berjuang untuk menyelamatkan hutan hujan Amazon. Sekarang saya menyadari saya berjuang untuk kemanusiaan”(Chico Mendes).
Beribu-ribu petani karet dan keluarga mereka masih hidup dalam ketakutan di dalam hutan. Atas dasar kondisi realita yang sedang terjadi itu. Pada tahun 1988, Mendes meluncurkan kampanye untuk menghentikan peternak Darly Alves da Silva dari penebangan daerah yang direncanakan cadangan.  Metode perjuangan Chico tidak menggunakan senjata. Baginya, penggunaan senjata bukan cara terbaik dalam melakukan aksi perlawanan karena dengan senjata akan berdampak pada kematian bagi kedua belah pihak yang masing-masing adalah saudara mereka sendiri.
Maka dari itu setiap aksi yang dilakukannya, Chico hanya mengandalkan retorika kata-kata yang digunakannya sebagai senjata dalam melakukan perlawanan. Meskipun perlawanan tanpa senjata ini harus dibayar dengan kematian teman-teman seperjuangannya akan tetapi Chico tidak berusaha untuk membalasnya dengan nyawa juga. Chico Mendes telah membuktikan kata-kata adalah senjata.
Walaupun pada akhir perjuangan itu pula harga yang harus dibayar adalah dengan kematian seorang Chico Mendes. Untuk mengenang jasa-jasanya maka wilayah hutan Chacoeira dijadikan Taman Nasional Chacoeira yang diumumkan secara resmi oleh pemerintah Brazil.

Menginsprasikan Chico
Perjuangan Hak dan Kewajiban Kaum Buruh. yang sudah memperjuangan negara RI. ( Max Andrew )
Pada awalnya  perjuangan kaum buruh untuk hak dan kewajiban, maka kupikir setelah aku pikir melihat 10 tuntutan buruh untuk memperjuangkan negara RI. Sekarang saya menyadari  bahwa perjuang kaum buruh merupakan bagian perjuangan saya yaitu untuk kemanusiaan. 10 tuntutan sebagai berikut :
  1. pecat Menakertrans yang sudah gagal melindungi TKI di luar negeri terkait banyak kasus TKI yang dipancung, disiksa, dibunuh dan diperkosa.

  2. untuk mencari sumber pendanaan APBN untuk mensusbsidi harga BBM agar tidak terjadi kenaikan, mendesak pemerintah segera menaikkan besaran royalti sektor pertambangan dan pengenaan pajak karbon  yang harus didapatkan oleh pemerintah  setara dengan royalti yang didapat negara negara lainnya.

  3. pemerintah harus memberikan sarana bantuan  kredit  murah untuk rumah buruh serta biaya kesehatan yang murah bagi kaum buruh akibat upah buruh murah yang diterapkan pemerintah.

  4. mendorong Jamsostek untuk membangun lebih banyak lagi rusunawa murah dilokasi pusat industri yang banyak buruhnya di pulau Jawa.

  5. selamatkan industri nasional dari kebangkrutan ,Brantas Pungli dan Korupsi yang meyebabkan terhambatnya kesejahteraan buruh.

  6. tolak privatisasi BUMN  dan Tolak BUMN dijadikan tempat untuk korupsi berjemaah oleh parpol dan elit politik.

  7. lengkapi TKI luar negeri dengan alat komunikasi berupa handphone seperti yang dijanjikan SBY ketika ada TKI yang disiksa di Arab Saudi.

  8. hentikan  pengiriman TKI unskill kelaur negeri selama tidak ada perlindungan yang jelas dari negara dan negara tempat TKI luar negeri bekerja.

  9. pemerintah harus menerbitkan UU perlindungan bagi kaum petani dan nelayan agar kesejahteraan mereka terlindungi.

  10. cabut sistim kerja kontrak dan tolak upah buruh murah.
Marilah seluruh lapisan rakyat indonesia untuk mendukung gerakan hari Buruh sedunia hari ini !

Total Tayangan Halaman


counter web

Categories

Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

- Copyright © Diaspora -- Powered by Blogger - Designed by Efrial Ruliandi Silalahi -