Posted by : Unknown




Musisi muda yang lahir di Majalengka, Jawa Barat tahun 1988 ini memilih musik folk balada sebagai genre warna musiknya setelah bermacam macam genre musik ia tekuni, mulai dari pop, rock, punk, hiphop bahkan metal sekalipun.

Menurut dia dengan genre folk ballad ini dia berharap karya nya bisa lebih mudah di akses oleh semua golongan dan bisa di nikmati sepanjang jaman karna isi dari lagu nya bermuatan sosial mengarah pada perubahan sosial seperti apa yang di cita citakanya dengan balutan sastra yang kental dalam lirik untuk memperindah pengkaryaan nya.

Dalam dunia musik Rizal Abdulhadi memandang bahwa musik harus mengabdi pada revolusi yang belum selesai seperti apa yang dia ilhami dari perkataan presiden pertama Ir. Soekarno ’ ...sebab revolusi indonesia adalah revolusi rakjat, revolusi massa, sedang musik harus di jadikan alat untuk mengabdi pada revolusi. Prinsip musik untuk revolusi ini harus disadari sepenuhnya oleh setiap seniman seniwati musik indonesia yang sadar...’

Di akhir tahun 2006 Rizal Abdulhadi memilih bernyanyi solo sambil memainkan gitar dan harmonika. Tidak hanya itu, kadang di beberepa pertunjukan dia memainkan apapun yang ada disekitarnya dipadukan dengan vokal khas nya, termasuk alat dapur sekalipun.

Kecintaannya terhadap seni tradisi terlihat jelas dalam beberapa konser yang dilakoninya yang tidak meninggalkan alat musik etnis nusantara. Dia piawai memainkan suling, kendang, karinding, genggong, saluang, celempung, awi go’ong, dan lainnya.

”Tujuan saya memadukan instrumen etnis merupakan upaya mempertahankan budaya tradisi yang semakin memudar dan menunjukan pada orang luar bahwa musik tradisi indonesia tak kalah hebatnya,” katanya suatu hari.

Akhir 2007 sembilan lagu dalam album indie label yang ditelurkannya cukup menarik perhatian. Pertunjukan dari panggung ke panggung mulai ramai, dan pada akhir 2008 akhir album keduanya berhasil disebar, walau hanya di kalangan sendiri.

Tidak maksimalnya sebaran album kedua itu lantaran saat itu pemusik yang super kreatif ini sibuk dengan konser gerilya-nya yang betajuk ’Konser Pembebasan’ desa ke desa di Jawa Barat. Memasuki 2009 konser gerilya-nya meluas hingga seluruh Jawa, Bali hingga Lombok.

Ibarat menanam padi, Rizal-pun memanennya. Serangkaian event besar mulai mengajak Rizal turut mengisi acara, salahsatunya di Bambu Nusantara World Music Festival 2, 3 dan 4, Braga Festival Bandung, Redneck 3 dan 4 di Bandung, Konser Hari Musik Balada Internasional dan lainnya bahkan di tahun 2008 bersama grupnya, dia menjawarai ’Festival Musik Kolaborasi Etnik Kontemporer’ di Garut mewakili Kabupaten Majalengka.

Selain aktif membangun komunitas-komunitas kesenian dan kebudayaan di kampungnya sendiri dan beberapa daerah lain, dia juga aktif dalam organisasi kerakyatan. Ketika kuliah dia menjadi aktivis Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) dan hingga sekarang bersama Partai Rakyat Demokratik (PRD).

Di pertengahan 2009 sampai sekarang dia menetap di ibu kota untuk memperluas jaringan musik nya dan tuntutan bermusik secara nasional dengan harus mulai menggarap album secara serius dengan distribusi berskala nasional dan internasional.

Inspirasi dan kultur hiruk pikuk metropolitan pun menambah kekayaan genre musik rizal abdulhadi dengan mulai mengacak dan mencomot comot genre lain untuk di kolaborasikan dengan musik folk khas nya, semisal mulai memadukan unsur electronic, blues, jazz, reggae dan lainnya.

Dan di tahun ini Rizal Abdulhadi mengeluarkan mini album yang berisi 5 lagu yang di launching di newseum indonesia pada akhir agustus kemarin. Mini album ini sebagai awal sebelum full albumnya di luncurkan yang rencana nya pada akhir tahun 2010 ini di jakarta.

Organisasi / sanggar yang pernah di ikuti dan di buat nya:
- Sanggar Sastra untuk haur koneng – tahun 2003
- Sanggar Panggung Pembebasan – 2004
- Sanggar Hujan Keruh – 2005
- Ganesha Pecinta Alam (GANAPALA) – 2003
- Remaja Seni Ganesha – 2003
- Jatiwangi Art Factory – 2006
- Konser Kampung – 2007
- The Mystical Earth – 2008
- The Barudak Sayah (digital Art) – 2007
- Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) jawa barat– 2006
- Jaringan Kerja kebudayaan rakyat (JAKER) bandung – 2007
- Partai Persatuan Pembebasan Nasional (PAPERNAS) – 2007
- Majalengka Center – 2008
- Balada bandung – 2009
- Konser Pembebasan – 2009
- Gerakan Musik Indie – 2009
- Posse the exhibition room – 2009
- Gandrung Percussion – 2009
- Teater TeMA – 2009
- Ngawangangkong di bale bengong – 2009
- Majalengka Culture Center – 2010
- Kandang konser – 2010
- Folklub – 2010
- Pengurus Pusat JAKER – 2009 hingga sekarang

Rizal Abdulhadi
www.myspace.com/lagurizalabdulhadi
www.rizalabdulhadi.multiply.com


Total Tayangan Halaman


counter web

Categories

Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

- Copyright © Diaspora -- Powered by Blogger - Designed by Efrial Ruliandi Silalahi -