- Back to Home »
- DIBALIK CERITA »
- SEJARAH HAK ASASI MANUSIA DAN DEMOKRASI
Posted by : Unknown
Hukum Kodrat/Alam (Natural Law)
Konsep HAM biasanya dikaitkan dengan perkembangan
konsep hukum kodrat. Dasar hukum kodrat adalah bahwa manusia mempunyai hak-hak
tertentu, justru karena dia adalah manusia. Pengandaian sekarang yang mendasari
pembicaraan mengenai hak asasi manusia seperti ‘martabat manusia’, ‘hak manusia
yang tak dapat diganggu gugat’, dan ‘universalitas hak asasi manusia’, semuanya
didasarkan pada pengertian hak-hak kodrati.
Dengan
mengacu pada hak-hak yang melekat pada semua manusia dan bukan hanya warga
negara, tuntutan global akan kesejahteraan rakyat mendapatkan dasar kokohnya.
Oleh karenanya, hak asasi manusia bersifat universal.
Konteks Sosial
Perkembangan
ide mengenai hukum kodrat hingga ide hak asasi manusia tidak terlepas dari
keadaan sosial yang ada. Seperti semua sistem normatif, HAM mempunyai cap
kondisi historis yang memunculkannya. Perpindahan hak kodrati dari kawasan
moral ke kawasan politik menjadi nyata di dalam sejarah Eropa. Khususnya,
keadaan nyata yang ada di Eropa dari abad ke enam belas sampai ke sembilan
belas merintis jalan menuju ke konsep mengenai hak sebagaimana kita kenal
sekarang.
Renaissance dan Sekularisasi Politik
Abad Pertengahan Eropa ditandai oleh kekuasaan absolut para raja yang didasarkan pada pemahaman akan hak ilahi mereka. Supremasi gereja diperoleh dari gagasan bahwa ajarannya tidak dapat salah. Namun, pemisahan kekuasaan antara paus dan para raja negara-negara yang baru muncul tetap menjadi pertikaian yang berkepanjangan selama berabad-abad. Jaman Renaissance mengantar “serangan balik akal budi dan ilmu melawan dogma, tirani religius dan fanatisme dan memenangkannya bagi umat manusia, yaitu kebebasan berpikir”.
Perjuangan melawan dominasi hirarki juga tercermin di dalam teori politik yang muncul masa itu. Machiavelli, produk masa Renaissance (1469-1527), mngajukan teori otonomi politik dari agama. Dia juga menguraikan teori politiknya.
Pada waktu itu pula terjadi perkembangan sosial besar, yaitu Reformasi. Pada tahun 1517 Martin Luther menempelkan 95 tesis di pintu-pintu gereja di Wittenburg, sebagai awal Reformasi. Konflik ini membangkitkan dua macam tanggapan teoretis. Yang pertama, menghidupkan ide mengenai kedaulatan dan agama yang merosot, yang kedua, pengertian bahwa melawan tiran bisa jadi sesuai hukum. Yang pertama menekankan hak penguasa atas bawahannya di dalam yurisdiksinya, yang kedua menekankan hak bawahan melawan tiran. Yang pertama memberi dasar absolutisme modern, yang kedua menuju konstitusionalisme modern.
Jaman Renaissance juga ditandai oleh pertikaian sengit antara mereka yang percaya bahwa akal manusia tidak mampu memahami kenyataan, yang bersifat ilahi dan transenden, dengan mereka yang percaya bahwa akal manusia mempunyai kemampuan mengatasi kenyataan, dan kenyataan itu tidak bersifat ilahi maupun transenden.
Dunia abad pertengahan dikepung dari banyak sisi, dan secara bertahap perkembangan-perkembangan pada semua sisi itu bergabung untuk meruntuhkan pandangan dunia abad pertengahan. Yang tidak dapat dilupakan adalah peran penemuan mesin cetak dan mesiu serta perbaikan peralatan navigasi – itu menyebabkan merosotnya feodalisme di Eropa.
Jaman Pencerahan (Enlightenment)
Jaman Renaissance merintis jalan menuju Jaman Pencerahan. Seluruh Eropa dan Amerika disapu oleh semangat dan filsafat Pencerahan (1650-1770).
Dalam bidang sosial: gencarnya perdagangan, metode-metode baru penambangan dan pertanian, penggunaan batu bara menggantikan kayu, perkembangan baja dan pabrik tekstil, urbanisasi dan tumbujhnya pengetahuan mengatasi yang terbayangkan. Masyarakat sedang subur-suburnya. Klas-klas sosial tradisional kehilangan fungsi aslinya. Perbudakan sebagian besar hilang meskipun para petani masih dibebani tugas dan tanggungan-tanggungan lama yang mengingatkannya akan masa perbudakan.Para perajin dan penjaga toko
serta profesional tingkat bawah merdeka tetapi sistem masih membelenggu
semangat usaha mereka. Klas-klas atas sebagian besar mengontrol servis sipil
dan keningratan sebagian besar melepaskan tanggung jawab yang membenarkan
dominasi mereka.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang cepat meimbulkan optimisme baru pencerahan. Karya agung masa itu adalah buah karya Sir Isaac Newton, Principia Mathematica.Newton menegaskan bawha
seluruh semesta fisik dapat disusun sebagai suatu sistem penyebaban dan
akibat-akibat niscayantya. Hukum yang mengatur semesta fisik sekarang bersifat
deterministik.
Hal itu mempengaruhi ilmu-ilmu kemanusiaan untuk mencari tatanan rasional di dalam peristiwa-peristiwa manusiawi mirip dengan hukum yang mengatur semesta fisik. John Locke berpendapat bahwa hukum alam mengatur manusia dan hukum ini dapat diselidiki oleh budi manusia. Apa lagi semua manusia itu rasional, semua sama dalam haknya untuk hidup, kebebasan dan kepemilikan, dan terikat oleh kewajiban untuk tidak mengganggu hak orang lain. Lock menulis: “Dan akal budi mengajar semua manusia yang benar-benar bertanya padanya, bahwa karena semuanya sama dan bebas, tidak seorang pun boleh merugikan orang lain dalam hidup, kesehatan, kemerdekaan dan hak miliknya”.
Hukum alam dan hak kodrati sebagaimana diutarakan Locke membentuk dasar bagi perumusan keprihatinan hak asasi manusia. Manusia lahir bebas tetapi melepaskan beberapa dari kebebasannya demi kesejahteraan sosial. Sebagai bagian dari kebebasannya manusia mempertahankan sejumlah hak yang tak dapat diambil seperti hak atas keamanan hidup dan hak milik, bersuara dalam masalah kepemerintahan, toleransi iman agama, kebebasan untuk mempertahankan dan menyatakan pendapat.
Gagasan-gagasan Locke memberi dasar bagi Revolusi Tak Berdarah 1688 di Inggfris. Ini mengakhiri absolutisme kerajaan Inggris dan kekuasaan berada di tangan rakyat dan wakil-wakilnya di Parlemen. pEnegasan Locke akan hukum kodrat dan hak kodrati segera meresapi ideologi Revolusi amerika 1776 dan Revolusi Perancis 1789. De fakto, Deklarasi kemerdekaan Amerika diresapi oleh kedua gagasan Locke itu.
Revolusi Ganda
Pencerahan memberi dorongan bagi ‘revolusi ganda – Perancis yang lebih bersifat politis dan Inggris yang lebih bersifat industri. Revolusi Perancis menggerakkan ide-ide Pencerahan dalam bidang politik sedangkan revolusi Inggris dalam bidang ekonomi. Kedua revolusi itu sangat penting bagi sejarah hak asasi manusia, yang membawa hak individu ke pusat politik dan memopulerkannya secara global.
Revolusi Industri
Dengan revolusi industri kekuatan produktif masyarakat manusia untuk pertama kalinya mencapai tingkat di mana produksi barang menjadi cepat dan tanpa batas. Semua halangan pada kemampuan produktif dipecahkan dan ekonomi, pada prinsipnya, menjadi mampu menjamin keberlangsungan perkemangannya sendiri.
Revolusi Perancis
Louis XVI mulai berkuasa pada tahun 1774 sewaktu Perancis menghadapi krisi keuangan yang berat. Louis XVI mengumpulkan Majelis Para Ningrat yang terdiri dari aristokrasi Perancis, baik kaum awam maupun pihak gereja, untuk berbicara mengenai krisis yang semakin parah.Melalui
Majelas , ia meminta
bahwa kaum aristokrat melepaskan sebagian dari privilege fiskal mereka. Namun,
mereka tidak berminat menaati raja mereka yang memberikan privilege tersebut,
mereka menganjurkan agar raja mengundang Estates General (badan yang terdiri
dari kaum aristokrat, hirarki dan rakyat biasa), yang terakhir bertemu pada
tahun 1614, atas dasar bahwa mereka saja tidak akan dapat mengatasi krisis
keuangan. Sebaliknya itu dapat menjadi sarana kaum aristokrat mengontrol
pemerintah dengan mayoritas mereka. Mereka yakin bahwa kelompok pertama
(hirarki) dan kelompok kedua (kaum ningrat) dapat mengatasi suara ketiga yang
mewakili rakyat umum.
Raja membubarkan Majelis tsb., tetapi harus menjawab tuntutan rakyat yang ia kumpulkan dalam Estates General. Tuntutan baru diajukan oleh rakyat agar melipatduakan jumlah wakil mereka agar sama dengan jumlah dua kelompok pertama. Raja setuju dengan tuntutan itu, tetapi menolak mengijinkan mereka duduk bersama dua kelompok pertama dan hanya mempunyai satu suara sebagai perwakilan.
Pada bulan Mei 1789 sewaktu Estates General bertemu, raja menjelaskan bahwa maksudnya adalah untuk mengatasi krisis keuangan. Namun kelompok aristokrat dan rakyat tidak setuju . mereka berpendapat bahwa tujuan pertemuan adalah untuk mengajukan konstitusi baru bagi Perancis modern. Pada tanggal 17 Juni, anggota-anggota kelompok ketiga mengambil langkah radikal dengan mengumumkan Majelis Konstituante Nasional dan mengundang anggota-anggota dari dua kelompok lain untuk bergabung. Pada tanggal 20 Juni seluruh anggota Majelis menyatakan tidak akan bubar sebelum Perancis mempunyai konstitusi baru. Pada 27 Juni raja memerintah anggota kelompok satu dan dua untuk duduk bersama dengan keloompok ketiga dan memilih sebagai satu badan. Hal itu berarti melegitimasikan tindakan-tindakan kelompok ketiga. Peristiwa paling penting dari Revolusi Perancis – runtuhnya Bastille pada 14 Juli 1789. Itu merupakan peristiwa luar biasa karena menunjukkan bawha rakyat biasa bersedia melindungi Majelis demi dihasilkannya konstitusi baru.
Pada awal bulan Agustus, Majelis mengambil beberapa keputusan penting.
Sistem feodal dan privilese pajak khusus dihapuskan dan dibuka kantor-kantor bagi warga negara tanpa perbedaan kelahiran.
Pernyataan selanjutnya yang penting adalah Deklarasi Hak Asasi Manusia dan kewajiannya – kebebasan berbicara, pers, dan berkumpul, kebebasan agama, kesamaan semua orang di hadapan hukum, kewajiban semua orang membayar pajak untuk menjagi sarana, hak milik pribadi, dan hak akan keadilan atas dasar proses hukum yang selayaknya.
Langkah besar ketiga adalah pemenuhan proses rancangan konstitusi.
Pembaharuan besar keempat berhubungan dengan pelaksanaan hukum yang mengatur hirarki dan meletakkan mereka di bawah sumpah konstitusi.
Lambat laun Revolusi Perancis menjadi contoh bagi gerakan-gerakan revolusioner selanjutnya. Sebbelum 1800, istilah kemerdekaan terutama dipakai sebagai istilah legal yang menunjuk kebalikan dari perbudakan. Istilah itu memperoleh muatan politis setelah Revolusi Perancis.
Munculnya ide-ide sosialis
Eksploitasi kaum buruh selama dasawarsa revcolusi industri memberi bahan bagi munculnya ide-ide sosialis. Reaksi pertama terhadap kengerian industrialisasi awal nampak jelas dalam penghancuran mesin-mesin. Di Inggris para pendukung reaksi ini dikenal sebagai kaum Luddite sesuai dengan pemimpinnya Ned Ludd. Tanggapan lain tercermin dalam tulisan Saint-Siomon (1760-1825), Charles Fourier (1772-1837), dan Robert Owen (1771-1858). Mereka semua menyadari jahatnya kapitalisme dan mengusulkan alternatif untuk menghancurkan akibat jelek industrialisasi. Mereka menyarankan penciptaan komunitas-komunitas yang hidup dengan aturan dan prinsip sosialis dan memberikan alternatif terhadap kapitalisme.
Jurang antara retorika Revolusi Perancis dan perwujudannya menyebabkan usaha untuk menumbangkan pemerintah di Perancis untuk membentuk masyarakat yang didasarkan pada ide-ide sosialis. Itu disebut Konspirasi Babeuf, karena Babeuf lah yang merencanakan konspirasi dan mengorganisasi suatu masyarakat rahasia yang disebut Masyarakat Kaum Sama.
Karya Karl Marx mensintesiskan pelbagai arus ajaran sosialis tersebut. Ia sendiri mengembangkan teorinya atas dasar dan wawasan yang diberikan oleh Kant dan Hegel.
Ide-idenya diringkas dalam manifesto Komunis yang dikeluarkan oleh Marx dan Engels. Manifesto itu muncul persis malam sebelum revolusi pecah di Perancis pada tahun 1848.
Pada waktu manifesto Komunis diterbitkan, revolusi pecah hampir di setiap negara di Eropa. Semua itu berusaha menumbangkan pemerintah-pemerintah autokrat, ingin menegakkan demokrasi dan juga, di negara-negara seperti itali dan Jerman, untuk mempersatukan bangsa masing-masing. Revolusi 1848 tidak bertahan lama, tetapi mengakhiri politik tradisional yang didasarkan pada agama dan hirarki.
Kerusuhan besar berikut terjadi pada tahun 1871 oleh klas buruh Perancis.
Perkembangan Demokrasi Perwakilan
Munculnya ide kebebasan individual dan kesamaan tidak dengan sendirinya menghasilkan suatu kebudayaan demokrasi dan partisipasi politik. Sampai pertengahan abad kesembilan belas, hanya Swis yang telah memperkenalkan hak pilih umum (laki-laki). Di negara lain, persyaratan umur dan harta dengan ketat diterapkan bagi pemilih dan calon.
Meski retorika kesamaan gencar, klas-klas dominan percaya bahwamassa itu bodoh, maka terlalu berbahaya untuk
membiarkan mereka berpartisipasi dalam bidang politik. Sebaliknya, kelompok
pedagang dan bisnis lebih dulu mengkampanyekan wakil-wakil yang dipilih melawan
aturan keturunan feodal. Maka, kaum liberal borjuis tidak dapat menghindar dari
tuntutan hak pilih umum (laki-laki). Sebagai tambahan, revolusi industri telah
memberi landasan bagi peningkatan mobilitas sosial dan penyebaran pendidikan
hak suara terbatas tak dapat dipertahankan lagi.
Pada pertengahan abad sembilan belas Eropa tercabik oleh pelbagai kepentingan. Setelah penghancuran gejolak-gejolak revolusioner 1848, kaum aristokrat, khususnya di perancis ingin mengembalikan regim lama. Kaum liberal ingin mempertahankan ide kebebasan individual dan usaha bebas tanpa memberi konsesi kepada klas-klas lain yang muncul, khususnya klas buruh. Kaum liberal radikal di lain pihak mendesak demokrasi politik untuk memecahkan monopoli klas-klas atas dalam parelemen. Akhirnya, kaum sosialis memperjuangkan kebebasan ekonomi dan partisipasi kaum buruh dalam politik.
Setelah penghancuran revolusi 1848, kebanyakan negara, kecuali Inggris melarang kegiatan kumpulan dagang. Maka, klas buruh dipaksa mencari strategi lain, dengan menggabungkan kegiatan industri dan perjuangan politik. Salah satu gerakan besar menuntut pembentukan parlemen yang sebenarnya. Di Inggris gerakan itu disebut ‘Chartisme’ dengan tuntutan: 1. Pemilihan tahunan untuk parlemen, 2. Hak pilih semua kaum lelaki, 3. Pemungutan rahasia, 4. Gaji bagi anggota parlemen, 5. Distrik-distrik pemilihan yang sama, 6. Penghapusan syarat milik bagi anggota parlemen.
Kesimpulan
Perkembangan konsep hak asasi merupakan proses yang terus-menerus. Sejarah perkembangan hak asasi manusia sejak abad ketujuh belas menunjukkan bahwa hak-hak asasi tidak muncul dari kekosongan. Harus diingat bahwa ide-ide yang mencakup hak asasi tidak denan sendirinya ditransformasikan dalam kenyataan sosial.
Oleh karenanya effektivitas hak asasi manusia akan sangat tergantung pada kemampuan para aktivis memahami dan menerapkan konsep HAM di dalam konteks sosial di mana mereka bekerja.
Renaissance dan Sekularisasi Politik
Abad Pertengahan Eropa ditandai oleh kekuasaan absolut para raja yang didasarkan pada pemahaman akan hak ilahi mereka. Supremasi gereja diperoleh dari gagasan bahwa ajarannya tidak dapat salah. Namun, pemisahan kekuasaan antara paus dan para raja negara-negara yang baru muncul tetap menjadi pertikaian yang berkepanjangan selama berabad-abad. Jaman Renaissance mengantar “serangan balik akal budi dan ilmu melawan dogma, tirani religius dan fanatisme dan memenangkannya bagi umat manusia, yaitu kebebasan berpikir”.
Perjuangan melawan dominasi hirarki juga tercermin di dalam teori politik yang muncul masa itu. Machiavelli, produk masa Renaissance (1469-1527), mngajukan teori otonomi politik dari agama. Dia juga menguraikan teori politiknya.
Pada waktu itu pula terjadi perkembangan sosial besar, yaitu Reformasi. Pada tahun 1517 Martin Luther menempelkan 95 tesis di pintu-pintu gereja di Wittenburg, sebagai awal Reformasi. Konflik ini membangkitkan dua macam tanggapan teoretis. Yang pertama, menghidupkan ide mengenai kedaulatan dan agama yang merosot, yang kedua, pengertian bahwa melawan tiran bisa jadi sesuai hukum. Yang pertama menekankan hak penguasa atas bawahannya di dalam yurisdiksinya, yang kedua menekankan hak bawahan melawan tiran. Yang pertama memberi dasar absolutisme modern, yang kedua menuju konstitusionalisme modern.
Jaman Renaissance juga ditandai oleh pertikaian sengit antara mereka yang percaya bahwa akal manusia tidak mampu memahami kenyataan, yang bersifat ilahi dan transenden, dengan mereka yang percaya bahwa akal manusia mempunyai kemampuan mengatasi kenyataan, dan kenyataan itu tidak bersifat ilahi maupun transenden.
Dunia abad pertengahan dikepung dari banyak sisi, dan secara bertahap perkembangan-perkembangan pada semua sisi itu bergabung untuk meruntuhkan pandangan dunia abad pertengahan. Yang tidak dapat dilupakan adalah peran penemuan mesin cetak dan mesiu serta perbaikan peralatan navigasi – itu menyebabkan merosotnya feodalisme di Eropa.
Jaman Pencerahan (Enlightenment)
Jaman Renaissance merintis jalan menuju Jaman Pencerahan. Seluruh Eropa dan Amerika disapu oleh semangat dan filsafat Pencerahan (1650-1770).
Dalam bidang sosial: gencarnya perdagangan, metode-metode baru penambangan dan pertanian, penggunaan batu bara menggantikan kayu, perkembangan baja dan pabrik tekstil, urbanisasi dan tumbujhnya pengetahuan mengatasi yang terbayangkan. Masyarakat sedang subur-suburnya. Klas-klas sosial tradisional kehilangan fungsi aslinya. Perbudakan sebagian besar hilang meskipun para petani masih dibebani tugas dan tanggungan-tanggungan lama yang mengingatkannya akan masa perbudakan.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang cepat meimbulkan optimisme baru pencerahan. Karya agung masa itu adalah buah karya Sir Isaac Newton, Principia Mathematica.
Hal itu mempengaruhi ilmu-ilmu kemanusiaan untuk mencari tatanan rasional di dalam peristiwa-peristiwa manusiawi mirip dengan hukum yang mengatur semesta fisik. John Locke berpendapat bahwa hukum alam mengatur manusia dan hukum ini dapat diselidiki oleh budi manusia. Apa lagi semua manusia itu rasional, semua sama dalam haknya untuk hidup, kebebasan dan kepemilikan, dan terikat oleh kewajiban untuk tidak mengganggu hak orang lain. Lock menulis: “Dan akal budi mengajar semua manusia yang benar-benar bertanya padanya, bahwa karena semuanya sama dan bebas, tidak seorang pun boleh merugikan orang lain dalam hidup, kesehatan, kemerdekaan dan hak miliknya”.
Hukum alam dan hak kodrati sebagaimana diutarakan Locke membentuk dasar bagi perumusan keprihatinan hak asasi manusia. Manusia lahir bebas tetapi melepaskan beberapa dari kebebasannya demi kesejahteraan sosial. Sebagai bagian dari kebebasannya manusia mempertahankan sejumlah hak yang tak dapat diambil seperti hak atas keamanan hidup dan hak milik, bersuara dalam masalah kepemerintahan, toleransi iman agama, kebebasan untuk mempertahankan dan menyatakan pendapat.
Gagasan-gagasan Locke memberi dasar bagi Revolusi Tak Berdarah 1688 di Inggfris. Ini mengakhiri absolutisme kerajaan Inggris dan kekuasaan berada di tangan rakyat dan wakil-wakilnya di Parlemen. pEnegasan Locke akan hukum kodrat dan hak kodrati segera meresapi ideologi Revolusi amerika 1776 dan Revolusi Perancis 1789. De fakto, Deklarasi kemerdekaan Amerika diresapi oleh kedua gagasan Locke itu.
Revolusi Ganda
Pencerahan memberi dorongan bagi ‘revolusi ganda – Perancis yang lebih bersifat politis dan Inggris yang lebih bersifat industri. Revolusi Perancis menggerakkan ide-ide Pencerahan dalam bidang politik sedangkan revolusi Inggris dalam bidang ekonomi. Kedua revolusi itu sangat penting bagi sejarah hak asasi manusia, yang membawa hak individu ke pusat politik dan memopulerkannya secara global.
Revolusi Industri
Dengan revolusi industri kekuatan produktif masyarakat manusia untuk pertama kalinya mencapai tingkat di mana produksi barang menjadi cepat dan tanpa batas. Semua halangan pada kemampuan produktif dipecahkan dan ekonomi, pada prinsipnya, menjadi mampu menjamin keberlangsungan perkemangannya sendiri.
Revolusi Perancis
Louis XVI mulai berkuasa pada tahun 1774 sewaktu Perancis menghadapi krisi keuangan yang berat. Louis XVI mengumpulkan Majelis Para Ningrat yang terdiri dari aristokrasi Perancis, baik kaum awam maupun pihak gereja, untuk berbicara mengenai krisis yang semakin parah.
Raja membubarkan Majelis tsb., tetapi harus menjawab tuntutan rakyat yang ia kumpulkan dalam Estates General. Tuntutan baru diajukan oleh rakyat agar melipatduakan jumlah wakil mereka agar sama dengan jumlah dua kelompok pertama. Raja setuju dengan tuntutan itu, tetapi menolak mengijinkan mereka duduk bersama dua kelompok pertama dan hanya mempunyai satu suara sebagai perwakilan.
Pada bulan Mei 1789 sewaktu Estates General bertemu, raja menjelaskan bahwa maksudnya adalah untuk mengatasi krisis keuangan. Namun kelompok aristokrat dan rakyat tidak setuju . mereka berpendapat bahwa tujuan pertemuan adalah untuk mengajukan konstitusi baru bagi Perancis modern. Pada tanggal 17 Juni, anggota-anggota kelompok ketiga mengambil langkah radikal dengan mengumumkan Majelis Konstituante Nasional dan mengundang anggota-anggota dari dua kelompok lain untuk bergabung. Pada tanggal 20 Juni seluruh anggota Majelis menyatakan tidak akan bubar sebelum Perancis mempunyai konstitusi baru. Pada 27 Juni raja memerintah anggota kelompok satu dan dua untuk duduk bersama dengan keloompok ketiga dan memilih sebagai satu badan. Hal itu berarti melegitimasikan tindakan-tindakan kelompok ketiga. Peristiwa paling penting dari Revolusi Perancis – runtuhnya Bastille pada 14 Juli 1789. Itu merupakan peristiwa luar biasa karena menunjukkan bawha rakyat biasa bersedia melindungi Majelis demi dihasilkannya konstitusi baru.
Pada awal bulan Agustus, Majelis mengambil beberapa keputusan penting.
Sistem feodal dan privilese pajak khusus dihapuskan dan dibuka kantor-kantor bagi warga negara tanpa perbedaan kelahiran.
Pernyataan selanjutnya yang penting adalah Deklarasi Hak Asasi Manusia dan kewajiannya – kebebasan berbicara, pers, dan berkumpul, kebebasan agama, kesamaan semua orang di hadapan hukum, kewajiban semua orang membayar pajak untuk menjagi sarana, hak milik pribadi, dan hak akan keadilan atas dasar proses hukum yang selayaknya.
Langkah besar ketiga adalah pemenuhan proses rancangan konstitusi.
Pembaharuan besar keempat berhubungan dengan pelaksanaan hukum yang mengatur hirarki dan meletakkan mereka di bawah sumpah konstitusi.
Lambat laun Revolusi Perancis menjadi contoh bagi gerakan-gerakan revolusioner selanjutnya. Sebbelum 1800, istilah kemerdekaan terutama dipakai sebagai istilah legal yang menunjuk kebalikan dari perbudakan. Istilah itu memperoleh muatan politis setelah Revolusi Perancis.
Munculnya ide-ide sosialis
Eksploitasi kaum buruh selama dasawarsa revcolusi industri memberi bahan bagi munculnya ide-ide sosialis. Reaksi pertama terhadap kengerian industrialisasi awal nampak jelas dalam penghancuran mesin-mesin. Di Inggris para pendukung reaksi ini dikenal sebagai kaum Luddite sesuai dengan pemimpinnya Ned Ludd. Tanggapan lain tercermin dalam tulisan Saint-Siomon (1760-1825), Charles Fourier (1772-1837), dan Robert Owen (1771-1858). Mereka semua menyadari jahatnya kapitalisme dan mengusulkan alternatif untuk menghancurkan akibat jelek industrialisasi. Mereka menyarankan penciptaan komunitas-komunitas yang hidup dengan aturan dan prinsip sosialis dan memberikan alternatif terhadap kapitalisme.
Jurang antara retorika Revolusi Perancis dan perwujudannya menyebabkan usaha untuk menumbangkan pemerintah di Perancis untuk membentuk masyarakat yang didasarkan pada ide-ide sosialis. Itu disebut Konspirasi Babeuf, karena Babeuf lah yang merencanakan konspirasi dan mengorganisasi suatu masyarakat rahasia yang disebut Masyarakat Kaum Sama.
Karya Karl Marx mensintesiskan pelbagai arus ajaran sosialis tersebut. Ia sendiri mengembangkan teorinya atas dasar dan wawasan yang diberikan oleh Kant dan Hegel.
Ide-idenya diringkas dalam manifesto Komunis yang dikeluarkan oleh Marx dan Engels. Manifesto itu muncul persis malam sebelum revolusi pecah di Perancis pada tahun 1848.
Pada waktu manifesto Komunis diterbitkan, revolusi pecah hampir di setiap negara di Eropa. Semua itu berusaha menumbangkan pemerintah-pemerintah autokrat, ingin menegakkan demokrasi dan juga, di negara-negara seperti itali dan Jerman, untuk mempersatukan bangsa masing-masing. Revolusi 1848 tidak bertahan lama, tetapi mengakhiri politik tradisional yang didasarkan pada agama dan hirarki.
Kerusuhan besar berikut terjadi pada tahun 1871 oleh klas buruh Perancis.
Perkembangan Demokrasi Perwakilan
Munculnya ide kebebasan individual dan kesamaan tidak dengan sendirinya menghasilkan suatu kebudayaan demokrasi dan partisipasi politik. Sampai pertengahan abad kesembilan belas, hanya Swis yang telah memperkenalkan hak pilih umum (laki-laki). Di negara lain, persyaratan umur dan harta dengan ketat diterapkan bagi pemilih dan calon.
Meski retorika kesamaan gencar, klas-klas dominan percaya bahwa
Pada pertengahan abad sembilan belas Eropa tercabik oleh pelbagai kepentingan. Setelah penghancuran gejolak-gejolak revolusioner 1848, kaum aristokrat, khususnya di perancis ingin mengembalikan regim lama. Kaum liberal ingin mempertahankan ide kebebasan individual dan usaha bebas tanpa memberi konsesi kepada klas-klas lain yang muncul, khususnya klas buruh. Kaum liberal radikal di lain pihak mendesak demokrasi politik untuk memecahkan monopoli klas-klas atas dalam parelemen. Akhirnya, kaum sosialis memperjuangkan kebebasan ekonomi dan partisipasi kaum buruh dalam politik.
Setelah penghancuran revolusi 1848, kebanyakan negara, kecuali Inggris melarang kegiatan kumpulan dagang. Maka, klas buruh dipaksa mencari strategi lain, dengan menggabungkan kegiatan industri dan perjuangan politik. Salah satu gerakan besar menuntut pembentukan parlemen yang sebenarnya. Di Inggris gerakan itu disebut ‘Chartisme’ dengan tuntutan: 1. Pemilihan tahunan untuk parlemen, 2. Hak pilih semua kaum lelaki, 3. Pemungutan rahasia, 4. Gaji bagi anggota parlemen, 5. Distrik-distrik pemilihan yang sama, 6. Penghapusan syarat milik bagi anggota parlemen.
Kesimpulan
Perkembangan konsep hak asasi merupakan proses yang terus-menerus. Sejarah perkembangan hak asasi manusia sejak abad ketujuh belas menunjukkan bahwa hak-hak asasi tidak muncul dari kekosongan. Harus diingat bahwa ide-ide yang mencakup hak asasi tidak denan sendirinya ditransformasikan dalam kenyataan sosial.
Oleh karenanya effektivitas hak asasi manusia akan sangat tergantung pada kemampuan para aktivis memahami dan menerapkan konsep HAM di dalam konteks sosial di mana mereka bekerja.
Posting Komentar