- Back to Home »
- RESENSI FILM »
- Rules of Engagement
Posted by : Unknown
Pengadilan Pahlawan Perang
Fiksi tentang kebenaran bersayap ideologi militer. Plot berbelok yangkurang meyakinkan.
Sosok Kolonel Marinir Terry Childers yang tinggi-besar, kukuh, dan tegas, mendadak jadi rapuh. Penyandang lencana ketenangan dalam bertempur itu berubah sangat emosional. Citra sebagai kampiun Perang Vietnam, Beirut, dan Panama luluh lantak. Menjelang masa pensiunnya, Childers malahan dihujat dengan julukan baru: sang pembunuh.
Adalah misi penyelamatan Duta Besar Amerika Serikat di San’a, Yaman, yang membuat kepahlawanan Childers lebur berantakan. Ia dituduh membunuh 83 warga Yaman dan mencederai ratusan penduduk sipil. Ancaman hukumannya: dipecat dari kesatuan dan dipenjarakan sedikitnya 10 tahun. Tapi ini hanya penggalan Rules of Engagement, film yang disutradarai William Friedkin.
Rules diangkat dari fiksi karangan James Webb, bekas pejabat di Angkatan Laut Amerika Serikat pada era kepresidenan Ronald Reagan. Ada rona politik dalam cerita yang bertutur soal aturan main dalam pertempuran. Friedkin menghadirkan pertentangan antara kebenaran bersayap ideologi militer -penggunaan senjata dalam operasi tentara- dan hukum perang Amerika Serikat.
Dalam aturan tersebut, tentara tak boleh menembak warga sipil tak bersenjata. “Saya berusaha menggambarkan dedikasi para marinir dengan cara paling otentik,” kata sutradara peraih Oscar lewat The French Connection (1971) itu. Peran sentral dimainkan dua aktor berkarakter, Samuel L. Jackson (Terry Childers) dan Tommy Lee Jones -yang memerankan Kolonel Hays Hodges, sobat perang Childers di Vietnam.
Childers-Hodges berhadapan dengan penasihat Dinas Sekuriti Nasional (NSA), William Sokal (Bruce Greenwood). Sokal menuding Childers telah merusak citra Amerika di dunia internasional. Rules dibuka dengan kilas balik aksi Childers dalam Perang Vietnam, 1968. Childers menyelamatkan Hodges ketika pasukan Hodges terjebak kepungan pejuang Vietnam.
Tapi, aksi “dramatis” itu tak menjelaskan, bagaimana juntrungannya hingga Hodges dan anggota pasukannya begitu gampang tewas bak lalat-lalat yang mati dalam satu tepukan. Alur mengalir ke setting 1996, ketika Childers memimpin operasi di Yaman. Hodges sendiri lama absen di lapangan setelah menggenggam ijazah sarjana hukum militer.
Childers bersama pasukannya ditugasi Pemerintah Amerika menyelamatkan duta besarnya di Yaman. Sang ambasador (Ben Kingsley) dan keluarganya terkepung di gedung kedutaan oleh ratusan demonstran penentang Amerika. Dalam misi itu, Childers sukses menyelamatkan sang dubes sekeluarga. Tapi, tiga anak buahnya tewas oleh peluru demonstran.
Jagoan perang (model Amerika) itu dan bala tentaranya membalas aksi tembak pengunjuk rasa. Dari sinilah penonton diseret pada situasi sarat emosi. Hingga pertengahan cerita, Childers “terbukti” sebagai pembantai warga tak bersenjata. Kebencian pada Childers kian menjadi ketika bukti di lapangan menguatkan dugaan.
Korban hanyalah warga sipil, wanita, dan anak-anak. Tak sepucuk senapan pun ditemukan di samping mayat mereka. Kekuatan film ini lalu muncul dari ruang pengadilan Mahkamah Militer. Penonton diajak menyimak kenyataan -tentang pembantaian masal itu- dengan pembelaan Hodges. Sayangnya, penonton dipaksa percaya dengan kepiawaian Hodges bersilat lidah di depan para juri.
Padahal, selama 28 tahun Hodges tak sekali pun menangani kasus. Ia hanyalah veteran perang yang pemabuk berat. Friedkin berupaya membelokkan plot dengan menyembunyikan bukti penting hingga menjelang akhir cerita. Yakni rekaman video yang dipasang di sudut-sudut atap gedung kedutaan. Kaset rekaman itu selintas diputar penasihat NSA, sebelum dilenyapkan di perapian.
Tergambar jelas wanita dan anak-anak pengunjuk rasa memuntahkan ratusan peluru ke arah Childers dkk. Tampaknya, kisah ini berupaya mengentalkan image Childers (baca: tentara Amerika) sebagai sosok tak bersalah dalam setiap operasi militernya. Nyatanya, Childers jelas menabrak rules of engagement. Ia tak memberi tembakan peringatan sebelum menghajar para demonstran. Rules tak lebih dari propaganda Amerika lewat pabrik film Hollywood. Biasa.
Posting Komentar