- Back to Home »
- PEREMPUAN »
- Bunda Teresa; Berbuat Baik untuk Kaum Miskin
Posted by : Unknown
Di awal kepergiannya ke Biara Loreto di Rathfarnha, Irlandia, untuk
belajar bahasa Inggris, bahasa yang dipakai untuk mengajar siswa di
India. Ia baru tiba di India pada tahun 1929, dan mulai menjalani masa
latihan di Darjeeling, dekat pegunungan Himalaya, tempat ia belajar bahasa Bengali
dan mengajar di Sekolah St. Teresa, sebuah sekolah yang dekat dengan
biaranya. Sumpah sebagai biarawati ia ucapkan pada 24 Mei 1931. Kala
itu ia memilih nama Thérèse de Lisieux,
namun karena sudah ada yang memilih nama tersebut, Agnes kemudian
memilih nama Teresa. Baru pada 14 Mei 1937, ia mengambil sumpah sucinya,
saat sedang menjalani pelayanan sebagai guru di sebuha sekolah biara
Loreto di Entallu, sebelah timur Kalkuta. Teresa bertugas di sana hampir
20 tahun dan pada tahun 1944 baru ia diangkat sebagai kepala sekolah.
Awalnya, Teresa senang menjalani tugasnya sebagai kepala sekolah, namun
kemiskinan di sekitarnya membuat ia terganggu dan terusik. Kelaparan di
Benggala pada tahun 1943 membawa derita dan kematian ke kota – kota
lain. Belum lagi ditambah dengan pertikaian disertai kekerasan antara
umat Hindu dan Islam pada Agustus 1946 yang membawa banyak korban.
Pada tanggal 10 September 1946, Teresa merasa terpanggil kala ia bepergian dengan kereta api menuju Biara Loreto di Darjeeling dari Kalkuta untuk menjalani retret tahunan. “Saya meninggalkan biara dan membantu orang miskin sewaktu tinggal bersama mereka. Ini adalah sebuah perintah. Kegagalan akan mematahkan iman.
Pekerjaan misionarisnya bersama orang miskin pada 1948 meninggalkan jubah tradisional Loreto dengan sari katun sederhana berwarna putih berhiaskan pinggiran biru. Pilihan tersebut diambil karena Bunda Teresa mengadopsi kewarganegaraan India, menghabiskan beberapa bulan di Patna untuk menerima pelatihan dasar medis di Rumah Sakit Keluarga Kudus dan memberanikan diri mengunjungi daerah perkumuhan. Kegiatannya diawali di sebuah sekolah Motijhil (Kalkuta); dan segera membantu orang miskin dan kelaparan. Di awal 1949, ia bergabung dalam upayanya dengan sekelompok perempuan mudah dan meletakkan basis terbentuknya sebuah komunitas religius baru guna membantu orang-orang termiskin di antara kaum miskin.
Dalam buku hariannya, di tahun pertama ia penuh kesukaran. Tak ada penghasilan sama sekali dan harus menggalang bantuan makanan dan persediaan. Di awal, ia merasa ragu, dan kesepian dan gogaan untuk kembali pada kenyamanan sebelumnya.
“Tuhan ingin saya masuk dalam kemelaratan. Hari ini saya mendapat pelajaran yang baik. Kemelaratan para orang miskin pastilah sangat keras. Ketika saya mencari tempat tinggal, saya berjalan dan terus berjalan sampai lengan dan kaki saya sakit. Saya bayangkan bagaimana mereka sakit jiwa dan raga, mencari tempat tinggal, makanan dan kesehatan. Kemudian kenikmatan Loreto datang pada saya. ‘Kamu hanya perlu mengatakan dan semuanya akan menjadi milikmu lagi,’ kata sang penggoda… Sebuah pilihan bebas, Tuhanku, cintaku untukmu, aku ingin tetap bertahan dan melakukan segala keinginan-Mu merupakan kehormatan bagiku. Aku tidak akan membiarkan satu tetes air mata jatuh karenanya.”
Izin dari Vatikan akhirnya turun juga pada 7 Oktober 1950 untuk memulai kongregasi keuskupan, yang kemudian menjadi Misionaris Cinta Kasih. Misinya hanya untuk merawat “Yang lapar, telanjang, tunawisma, orang cacat, orang buta, penderita kusta, semua orang yang tak diinginkan tidak dicintai, tidak diperhatikan seluruh masyarakat, orang yang telah menjadi beban bagi masyarakat dan dihindari oleh semua orang.”
Setelah ijin kongregasi ini keluar, mulai mendapatkan 13 orang anggota di Kalkuta. Kini, lebih dari 4 riub suster menjalankan panti asuhan, rumah bagi penderita AIDS dan pusat amal di seluruh dunia, dan merawat para pengungsi, pecandu alkohol, orang buta, difabel, tua, orang miskin, dan tunawisma, korban banjir dan wabah kelaparan.
Pada tahun 1953, Bunda Teresa membuka Rumah bagi kaum sekarat untuk pertama kalinya di sebuah lahan di Kalkuta. Ia bahkan mengubah kuil Hindu yang sudah ditinggalkan menjadi Rumah bagi kaum sekarat, sebuah rumah sakit gratis bagi kaum miskin. Mereka yang dibawa ke Rumah tersebut berhak menerima perhatian medis dan berhak meninggal dalam ketenangan sesuai keyakinan mereka baik Islam, Hindu maupun Kristen atau Khatolik atau kepercayaan lainnya. “Sebuah kematian yang indah,” katanya, “adalah untuk orang-orang yang hidup seperti binatang, mati seperti malaikat – dicintai dan diinginkan.”[32]
Bagi yang sakit Hansen atau kusta, Bunda Teresa menyediakan tempat tinggal khusus yang kemudian disebut sebagai Shanti Nagar (Kota Kedamaian). Para misionaris Cinta Kasih juga mendirikan obat-obatan, perban dan makanan. Tak hanya menyediakan tempat tinggal khusus untuk penderita kusta, namun juga membuat rumah bagi anak-anak hilang. Pada tahun 1955, ia membuka Nirmala Shisu Bhavan, sebagai perlindungan bagi yatim piatu dan remaja tunawisma.
Pada tahun 1960an, ordo ini membuka banyak penampungan, panti asuhan dan rumah lepra di hampir penjuru India. Bunda Teresa bahkan memperluas ordonya di seluruh dunia. Rumah pertama di luar India dibuka di Venezuela pada tahun 1965 dengan hanya 5 biarawati. Selanjutnya di Roma, Tanzania, dan Austria pada tahun 1968, dan selama tahun 1970, ordo ini mendirikan rumah, dan yayasan di puluhan negara baik di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Serikat. Pada tahun 2007, Misionaris Cinta Kasih sudah berjumlah 450 bruder dan 5 ribu biarawati di seluruh dunia dengan sudah menjalankan 600 misi, sekolah dan tempat penampungan di 120 negara.
Pada tahun 1982, ketika pengepunan di Beirut mencapai puncaknya, Bunda Teresa menyelamatkan 37 anak yang terjebak di garis depan sebuah Rumah Sakit. Bunda Teresa menyelamatkan 37 anak itu dengan menengahi sebuah gencatan senjata sementara antara tentara Israel dan gerilyawan Palestina. Bersama dengan tim Palang Merah, ia melakukan perjalanan ke Rumah Sakit yang hancur melalui zona perang guna mengevakuasi para korban berusia muda.
Kala Eropa Timur makin terbuka di akhir 1980an, ia memperluas usahanya di negeri-negeri tersebut untuk mendirikan Misionaris Cinta Kasih. Kerap kali ia bepergian membantu dan melayani penderita kelaparan di Ethiopia, korban radiasi di Chernobyl, dan korban gempa di Armenia. Pada tahun 1991, Bunda Teresa kembali untuk pertama kainya ke tanah airnya dan membuka rumah Misionaris Cinta Kasih Bruder di Tirana, Albania.
Di tahun 1996, ia telah berhasil menjalankan 517 misi di lebih dari 100 negara. Selama bertahun-tahun, ia mengembangkan Misionaris Cinta Kasih guna melayani “Termiskin dari yang miskin” di 450 pusat di seluruh dunia. Rumah Misionaris Cinta Kasih pertama yang ada di Amerika Serikat didiriikan di South Bronx,, New York. Di tahun 1984, ordo ini menjalankan 19 organisasi di seluruh negara.
Hingga ajalnya,Bunda Teresa menebar kebaikan. Ia menderita serangan jantung pada tahun 1983 ketika di Roma, kala mengunjungi Paus Yohanes Paulus II. Serangan jantung ke dua pada tahun 1989 ia harus dipasang alat pacu jantung buatan. Pada tahun 1991, setelah berjuang melawan pneumonia saat di Meksiko, ia menderita masalah jantung lebih lanjut. Di saat penyakitnya makin parah itulah, ia mengundurkan diri dari posisinya sebagai kepala Misionaris Cinta Kasih, namun para biarawati ordo tetap bersikukuh memilihnya sebagai kepala ordo.
Pada bulan April 1996, Bunda Teresa jatuh yang berakibat pada patahnya tulang selangkangannya. Pada bulan Agustus ia menderita maaria dan gagal jantung di ventrikel kiri. Ia menjalani operasi jantung namun kesehatannya tetap menurun sehingga ia harus dirawat di Rumah Sakit di California. Karena semakin parah pada 13 Maret 1997, Bunda Teresa turun dari posisinya sebagai kepala ordo Misionaris Cinta Kasih. Akhirnya ia meninggal pada 5 September 1997.
Pada saat kematiannya, Misionaris Cinta Kasih telah memiliki lebih dari 4 ribu biarawati dan persaudaraan dengan 300 anggota yang menjalankan 610 misi di 123 negara. Ini termasuk penampungan dan rumah bagi penderita HIV/AIDS, kusta dan TBC, dapur umum, program konseling anak dan kelurga, pembantu pribadi, panti asuhan, dan sekolah. Misionaris Cinta Kasih juga dibantu oleh wakil pekerja yang berjumlah lebih dari 1 jta pada tahun 1990an.
Bunda Teresa dibaringkan di Gereja St. Thomas, Kolkata selama 1 minggu sebelum dimakamkan pada September 1997. Pemakamannya merupakan pemakaman kenegaraan oleh pemerintah India dalam rasa syukur atas jasanya kepada kaum miskin dari semua agama di India. Kematiannya membuat umat dunia berduka. Mantan Sekretaris Jenderal PBB, Javier Perez de Cuellar mengatakan: “Ia adalah Pemersatu Bangsa. Ia adalah perdamaian di dunia ini”.[49]
Pada tanggal 10 September 1946, Teresa merasa terpanggil kala ia bepergian dengan kereta api menuju Biara Loreto di Darjeeling dari Kalkuta untuk menjalani retret tahunan. “Saya meninggalkan biara dan membantu orang miskin sewaktu tinggal bersama mereka. Ini adalah sebuah perintah. Kegagalan akan mematahkan iman.
Pekerjaan misionarisnya bersama orang miskin pada 1948 meninggalkan jubah tradisional Loreto dengan sari katun sederhana berwarna putih berhiaskan pinggiran biru. Pilihan tersebut diambil karena Bunda Teresa mengadopsi kewarganegaraan India, menghabiskan beberapa bulan di Patna untuk menerima pelatihan dasar medis di Rumah Sakit Keluarga Kudus dan memberanikan diri mengunjungi daerah perkumuhan. Kegiatannya diawali di sebuah sekolah Motijhil (Kalkuta); dan segera membantu orang miskin dan kelaparan. Di awal 1949, ia bergabung dalam upayanya dengan sekelompok perempuan mudah dan meletakkan basis terbentuknya sebuah komunitas religius baru guna membantu orang-orang termiskin di antara kaum miskin.
Dalam buku hariannya, di tahun pertama ia penuh kesukaran. Tak ada penghasilan sama sekali dan harus menggalang bantuan makanan dan persediaan. Di awal, ia merasa ragu, dan kesepian dan gogaan untuk kembali pada kenyamanan sebelumnya.
“Tuhan ingin saya masuk dalam kemelaratan. Hari ini saya mendapat pelajaran yang baik. Kemelaratan para orang miskin pastilah sangat keras. Ketika saya mencari tempat tinggal, saya berjalan dan terus berjalan sampai lengan dan kaki saya sakit. Saya bayangkan bagaimana mereka sakit jiwa dan raga, mencari tempat tinggal, makanan dan kesehatan. Kemudian kenikmatan Loreto datang pada saya. ‘Kamu hanya perlu mengatakan dan semuanya akan menjadi milikmu lagi,’ kata sang penggoda… Sebuah pilihan bebas, Tuhanku, cintaku untukmu, aku ingin tetap bertahan dan melakukan segala keinginan-Mu merupakan kehormatan bagiku. Aku tidak akan membiarkan satu tetes air mata jatuh karenanya.”
Izin dari Vatikan akhirnya turun juga pada 7 Oktober 1950 untuk memulai kongregasi keuskupan, yang kemudian menjadi Misionaris Cinta Kasih. Misinya hanya untuk merawat “Yang lapar, telanjang, tunawisma, orang cacat, orang buta, penderita kusta, semua orang yang tak diinginkan tidak dicintai, tidak diperhatikan seluruh masyarakat, orang yang telah menjadi beban bagi masyarakat dan dihindari oleh semua orang.”
Setelah ijin kongregasi ini keluar, mulai mendapatkan 13 orang anggota di Kalkuta. Kini, lebih dari 4 riub suster menjalankan panti asuhan, rumah bagi penderita AIDS dan pusat amal di seluruh dunia, dan merawat para pengungsi, pecandu alkohol, orang buta, difabel, tua, orang miskin, dan tunawisma, korban banjir dan wabah kelaparan.
Pada tahun 1953, Bunda Teresa membuka Rumah bagi kaum sekarat untuk pertama kalinya di sebuah lahan di Kalkuta. Ia bahkan mengubah kuil Hindu yang sudah ditinggalkan menjadi Rumah bagi kaum sekarat, sebuah rumah sakit gratis bagi kaum miskin. Mereka yang dibawa ke Rumah tersebut berhak menerima perhatian medis dan berhak meninggal dalam ketenangan sesuai keyakinan mereka baik Islam, Hindu maupun Kristen atau Khatolik atau kepercayaan lainnya. “Sebuah kematian yang indah,” katanya, “adalah untuk orang-orang yang hidup seperti binatang, mati seperti malaikat – dicintai dan diinginkan.”[32]
Bagi yang sakit Hansen atau kusta, Bunda Teresa menyediakan tempat tinggal khusus yang kemudian disebut sebagai Shanti Nagar (Kota Kedamaian). Para misionaris Cinta Kasih juga mendirikan obat-obatan, perban dan makanan. Tak hanya menyediakan tempat tinggal khusus untuk penderita kusta, namun juga membuat rumah bagi anak-anak hilang. Pada tahun 1955, ia membuka Nirmala Shisu Bhavan, sebagai perlindungan bagi yatim piatu dan remaja tunawisma.
Pada tahun 1960an, ordo ini membuka banyak penampungan, panti asuhan dan rumah lepra di hampir penjuru India. Bunda Teresa bahkan memperluas ordonya di seluruh dunia. Rumah pertama di luar India dibuka di Venezuela pada tahun 1965 dengan hanya 5 biarawati. Selanjutnya di Roma, Tanzania, dan Austria pada tahun 1968, dan selama tahun 1970, ordo ini mendirikan rumah, dan yayasan di puluhan negara baik di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Serikat. Pada tahun 2007, Misionaris Cinta Kasih sudah berjumlah 450 bruder dan 5 ribu biarawati di seluruh dunia dengan sudah menjalankan 600 misi, sekolah dan tempat penampungan di 120 negara.
Pada tahun 1982, ketika pengepunan di Beirut mencapai puncaknya, Bunda Teresa menyelamatkan 37 anak yang terjebak di garis depan sebuah Rumah Sakit. Bunda Teresa menyelamatkan 37 anak itu dengan menengahi sebuah gencatan senjata sementara antara tentara Israel dan gerilyawan Palestina. Bersama dengan tim Palang Merah, ia melakukan perjalanan ke Rumah Sakit yang hancur melalui zona perang guna mengevakuasi para korban berusia muda.
Kala Eropa Timur makin terbuka di akhir 1980an, ia memperluas usahanya di negeri-negeri tersebut untuk mendirikan Misionaris Cinta Kasih. Kerap kali ia bepergian membantu dan melayani penderita kelaparan di Ethiopia, korban radiasi di Chernobyl, dan korban gempa di Armenia. Pada tahun 1991, Bunda Teresa kembali untuk pertama kainya ke tanah airnya dan membuka rumah Misionaris Cinta Kasih Bruder di Tirana, Albania.
Di tahun 1996, ia telah berhasil menjalankan 517 misi di lebih dari 100 negara. Selama bertahun-tahun, ia mengembangkan Misionaris Cinta Kasih guna melayani “Termiskin dari yang miskin” di 450 pusat di seluruh dunia. Rumah Misionaris Cinta Kasih pertama yang ada di Amerika Serikat didiriikan di South Bronx,, New York. Di tahun 1984, ordo ini menjalankan 19 organisasi di seluruh negara.
Hingga ajalnya,Bunda Teresa menebar kebaikan. Ia menderita serangan jantung pada tahun 1983 ketika di Roma, kala mengunjungi Paus Yohanes Paulus II. Serangan jantung ke dua pada tahun 1989 ia harus dipasang alat pacu jantung buatan. Pada tahun 1991, setelah berjuang melawan pneumonia saat di Meksiko, ia menderita masalah jantung lebih lanjut. Di saat penyakitnya makin parah itulah, ia mengundurkan diri dari posisinya sebagai kepala Misionaris Cinta Kasih, namun para biarawati ordo tetap bersikukuh memilihnya sebagai kepala ordo.
Pada bulan April 1996, Bunda Teresa jatuh yang berakibat pada patahnya tulang selangkangannya. Pada bulan Agustus ia menderita maaria dan gagal jantung di ventrikel kiri. Ia menjalani operasi jantung namun kesehatannya tetap menurun sehingga ia harus dirawat di Rumah Sakit di California. Karena semakin parah pada 13 Maret 1997, Bunda Teresa turun dari posisinya sebagai kepala ordo Misionaris Cinta Kasih. Akhirnya ia meninggal pada 5 September 1997.
Pada saat kematiannya, Misionaris Cinta Kasih telah memiliki lebih dari 4 ribu biarawati dan persaudaraan dengan 300 anggota yang menjalankan 610 misi di 123 negara. Ini termasuk penampungan dan rumah bagi penderita HIV/AIDS, kusta dan TBC, dapur umum, program konseling anak dan kelurga, pembantu pribadi, panti asuhan, dan sekolah. Misionaris Cinta Kasih juga dibantu oleh wakil pekerja yang berjumlah lebih dari 1 jta pada tahun 1990an.
Bunda Teresa dibaringkan di Gereja St. Thomas, Kolkata selama 1 minggu sebelum dimakamkan pada September 1997. Pemakamannya merupakan pemakaman kenegaraan oleh pemerintah India dalam rasa syukur atas jasanya kepada kaum miskin dari semua agama di India. Kematiannya membuat umat dunia berduka. Mantan Sekretaris Jenderal PBB, Javier Perez de Cuellar mengatakan: “Ia adalah Pemersatu Bangsa. Ia adalah perdamaian di dunia ini”.[49]
Posting Komentar